Mahasantri Ma’had Aly Al Fithrah Ikuti Seminar AI dan Dakwah Digital


LiterasiHikam — Mahasantri Ma’had Aly Al-Fithrah Surabaya mengikuti seminar bertajuk “AI dan Dakwah Digital: Membangun Kreativitas di Era Kecerdasan Buatan” yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Sunan Giri, Wonosari, Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Surabaya, pada Ahad (26/10/2025).

Kegiatan yang digagas oleh Media Pondok Jatim tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif para santri di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), sekaligus memperluas wawasan dakwah digital di lingkungan pesantren.

“Kegiatan ini kami adakan setiap tahun sebagai bentuk pelatihan bagi para santri agar tidak gagap teknologi. Dakwah hari ini tak lagi hanya melalui mimbar dan pamflet, tapi juga lewat media digital,” ujar Kang Ilyas, penanggung jawab kegiatan, saat ditemui di sela acara.

Seminar ini menghadirkan Kang Zainul Haq, Domisioner Media Pondok Pesantren Jawa Timur, yang dikenal aktif dalam pengembangan dakwah digital. Dalam paparannya, Zainul menekankan pentingnya adaptasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dalam mendukung proses kreatif berdakwah.

“Sekarang, AI bisa menjadi sahabat santri. Tapi tentu saja bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan membantu kita berpikir lebih terstruktur dan produktif,” tutur Zainul.

Ia menegaskan, penggunaan AI harus selalu didasari niat dan konsep dakwah yang jelas. “AI itu hanya alat bantu. Yang paling penting adalah arah dan pesan dakwah kita. Santri harus paham apa yang ingin disampaikan, lalu menggunakan AI untuk memperkuatnya,” tambahnya.

Dalam sesi pelatihan, para santri diajak mempraktikkan cara menyusun konten dakwah digital — mulai dari penulisan naskah, pembuatan desain promosi, hingga validasi hasil kerja AI agar tetap berkarakter humanis.

“Kalau dulu orang membuat pamflet untuk berdakwah, sekarang bisa menulis kisah inspiratif di media sosial. Bentuknya berubah, tapi esensinya tetap sama: menyebarkan kebaikan,” ujar Zainul.

Ia juga menekankan pentingnya pemahaman copywriting frameworks agar pesan dakwah lebih efektif dan menyentuh. “Setiap hasil dari AI perlu kita ‘manusiakan’. Jangan hanya salin-tempel. Santri harus mampu memilih, memilah, dan menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam,” tegasnya.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan Ma’had Aly Al-Fithrah Surabaya, yang berpartisipasi aktif dalam sesi diskusi dan praktik. Salah satu perwakilan, Habib Alif Wadziqri, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut memberi pengalaman berharga bagi para santri dalam menghadapi perubahan zaman.

“Seminar ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kecakapan para santri di era digital. Selama ini, santri sering dianggap kolot dan kurang moderat. Melalui kegiatan seperti ini, kami bisa menunjukkan bahwa santri juga adaptif, kreatif, dan mampu berperan di dunia digital dengan cara yang santun dan beretika,” ujarnya.

Ia menambahkan, pemahaman terhadap teknologi kecerdasan buatan dapat membuka peluang dakwah yang lebih luas. “Dengan pemanfaatan AI secara tepat, santri bisa menjadi pionir dalam menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin di dunia maya,” tambahnya.

Dalam sesi tanya jawab, peserta dikenalkan pada berbagai platform kecerdasan buatan. Selain ChatGPT yang unggul dalam diskusi dan penulisan, Zainul juga memperkenalkan Gemini untuk pembuatan gambar digital, serta Perplexity AI yang membantu pencarian referensi secara cepat dan akurat.

“AI punya karakter masing-masing. Kita harus tahu mana yang paling cocok dengan kebutuhan dakwah kita,” ujarnya.

Namun, ia juga mengingatkan agar para santri tidak bergantung sepenuhnya pada teknologi. “AI harus dikondisikan dan diarahkan. Kalau tidak, hasilnya bisa melenceng dari tujuan. Dakwah tetap butuh bimbingan guru dan nilai-nilai pesantren,” katanya menegaskan.

Kegiatan yang berlangsung hingga siang itu ditutup dengan sesi refleksi bersama. Para santri terlihat antusias menanyakan berbagai hal seputar penulisan konten, pembuatan video dakwah, dan etika berdakwah di ruang digital.

Menurut Kang Ilyas, pelatihan seperti ini akan terus dilakukan secara berkala untuk menyiapkan santri menghadapi tantangan zaman. “Pesantren tidak boleh tertinggal. Justru kita harus jadi pelopor dakwah digital yang beradab dan bertanggung jawab,” pungkasnya. (Red. Habibul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *